Tip Top Masih Gunakan Tungku Berbahan Bakar Kayu dari Zaman Belanda


Medan - Tip Top masih mempertahankan tungku yang terbuat dari batu api berbahan bakar kayu. "Kayu-nya dihasilkan dari kebun kami sendiri, pohon mahoni yang telah berusia 30 tahun lebih, kami cukup ambil ranting dan dahannya saja, jadi tetap menjaga kelestarian lingkungan.” Jelas Didrikus Kelana, Manager Tip Top kepada Ketik Berita baru-baru ini.

Tip Top beralamat di Jalan Ahmad Yani No.92 Kesawan Medan, berdiri sejak 1929, dengan nama awalnya Jangkie, nama itu diambil dari nama pendirinya, seorang teonghoa bernama Jangkie, berawal dari hanya menjual cake saja, Jangkie akhirnya memiliki daftar menu yang lengkap, mulai dari makanan ringan sampai makanan berat.

Jangkie pindah ke Jalan Ahmad Yani atau dikenal saat itu dengan nama Jalan Kesawan, mempertimbangkan jalan tersebut sebagai jalan protokol di Kota Medan saat itu dan kesawan menjadi pusat perdagangan, banyaknya bank dan kantor pemerintahan serta perusahaan perkebunan belanda di kawasan Kesawan pada saat itu.

Pada saat pindah tahun 1934, nama Jangkie ditukar menjadi Tip Top, Tip Top memiliki makna kesempurnaan, baik dalam arti citarasa masakan, kenyamanan dan pelayanannya, Tip Top selalu dijadikan rujukan makan malamnya keluarga, baik lokal maupun tamu dari mancanegara.

Dalam pantauan tim Ketik Berita, Tip Top menyajikan menu menu yang lengkap, mulai dari western food, seperti bisteak, hotplate, salad, omelet, bitterballen, pancake. Tip Top juga menyediakan chinese food, seperti capcai, fu young hai, asparagus kepiting, ayam goreng semboi, ikan asam manis, kalian seafood. Tak ketinggalan, di Tip Top tetap menghadirkan indonesian food, seperti nasi goreng, kepala ikan gulai, rendang, kari kambing, gado-gado. Selanjutnya yang juga sangat istimewa di Tip Top tersedianya bakery dan ice cream home made.

Dengan demikian Tip Top menjadi pilihan utama para expatriat sekitar untuk bersantap makan siang dan tempat ngobrol bisnis di sore hari menjelang malam.

Pada masa penjajahan Jepang, nama Tip Top ditukar kembali dengan Jangkie karena Jepang melarang nama nama yang berbau eropa atau kebarat baratan, akhirnya setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, nama restauran ini diubah kembali menjadi Tip Top.

Pada tahun 1980, Tip Top ditambah dengan ruang ber-AC, posisinya di ujung yang dahulunya taman, para keluarga besar sering mengambil posisi di sana, dengan pertimbangan lebih enak dengan bangku dan meja yang lebih banyak. Saat ini Tip Top juga telah dilengkapi dengan full wifi service, sehingga sambil makan bisa chating dan browsing juga.

Tip Top mulai dibuka dari pukul 08.00 pagi sampai dengan pukul 23.00 wib, khusus pada hari rabu, sabtu dan minggu dihibur live music, 19.30 malam sampai pukul 23.00 wib ujar Didrikus Kelana, yang merupakan generasi ke-3.

Para turis asing selalu datang bersama keluarga, bernostalgia, sambil mengenang masa lalu mereka bersama di Restauran Tip Top, bahkan ada yang datang kemari karena mengingat masa pacaran mereka dulu, dan juga ada karena mereka berbulan madu.

"Tempo hari, belum lama ini ada seorang turis mancanegara datang keTip Top, dia datang disuruh orang tuanya yang sangat rindu dengan suasana dan masakan Tip Top, orang tuanya sudah renta tidak memungkinkan untuk hadir bersamanya, akhirnya sebagai cendramata, saya menitipkan foto Tip Top yang baru dilaminating kepada orang tuanya, rasanya sangat terharu" cetus Disrikus dengan mata berkaca kaca.

Tip Top masih mempertahankan rasa ice cream zaman perang dunia ke-2, dimana Tip Top masih menggunakan bahan ice cream bernama slagroom yang diolah dengan mesin dari zaman Jepang. "Ada teman saya bilang, walau secanggih apapun teknologi mesin pembuat ice cream yang ada saat ini, tidak mampu menandingi aroma khas ice cream Tip Top," jelas Didrikus sambil tersenyum.

Mesin penghasil slagroom yang masih setia di dapur Tip Top ini, sangat asing bagi masyarakat awam, tapi bagi kalangan pebisnis bakery sudah familiar, yakni mesin pembuat bahan ice cream ini sudah tidak ditemukan lagi, bahkan ada pihak yang tertawa kalau di zaman canggih sekarang ini Tip Top masih  menggunakan mesin tua itu.

Menjaga dan merawat mesinnya juga harus dengan tenaga yang ekstra, bahkan saya membuat spare parts nya sendiri karena sudah tidak ditemukan lagi genuine partsnya, baik dalam negeri maupun di luar negeri.

Banyak sekali para tamu yang datang ke Tip Top menyampaikan saran mereka agar Saya tidak merubah susana Tip Top, dengan kata lain biarlah Tip Top tetap seperti ini, jangan diubah tata ruangnya atau direnovasi bangunannya, sehingga ditakutkan, nantinya akan menghilangkan ciri khasnya Tip Top. Selamat mencoba. R (07)
Share on Google Plus

About SUMUT DIGITAL

Sumut Digital Memberikan Informasi Seputar Sumatera Utara yang terupdate secara digital "Sumut Digital" Informasi Sumut klik aja www.SumutDigital.com.

0 komentar:

Posting Komentar